Nuansa Unik Konsert Ala Muzikal 'Zuzuzaza" Sal Priadi Memang Dari Planet Lain

oleh: zizi hashim

Di atas panggung Zepp dan harumnya udara di Kuala Lumpur, bergabunglah seramai 2,500 pecinta seni dari hati ke hati bersama Sal Priadi, penyanyi dan komposer lagu tersohor Indonesia yang membawa seluruh khalayak melewati senja, mengisi malam dengan melodi dan senikata lagu yang menyentuh hati paling terdalam. Persembahan panggung muzikal dan teatrikal ala 'Zuzuzaza' memberi nuansa unik pengalaman menonton konsert yang jauh berbeza dari sebelum ini. Sememangnya diperakui tanpa ragu-ragu, Sal Priadi bukan berasal dari planet bumi. Sepertinya dia memang dari planet yang jauh, yang tatakelola hidupnya berbeza dari norma biasa. Dan ia diterjemahkan dalam bentuk konsert 'bukan biasa biasa' dikirim ke bumi untuk orang-orang seperti saya yang dahagakan kelainan pada setiap aturcara.

Konsert 'Sal Priadi Zuzuzaza Live In Kuala Lumpur' tidak hanya menjadi momen bagi Sal untuk bertemu dengan para peminat di Malaysia tetapi dalam masa yang sama mengeksplorasi tema-tema yang jarang sekali diangkat dalam konsert muzik biasa. Datang dalam pakej lengkap, tampak ketara Sal Priadi berusaha menghadirkan konteks agar khalayak dapat merasakan semesta album 'Markers And Such Pens Flashdiks' pada setiap babak yang memiliki keterkaitan erat antara satu sama lain. Dalam nada bercanda, saya sempat mengusik teman-teman yang menonton seiringan, "Kalau konsert ini judulnya 'ZuzuZazaZizi', kejap lagi aku naik stage tu!" disahut gelak ketawa.  

Dekorasi panggung dihias meriah dengan longgokan belon-belon besar berwarna-warni yang menambah suasana ceria dan mencuri tumpuan penonton. Sissy Imann diberi penghormatan membuka tirai konsert dengan mengalunkan lagu "Pesanan Ayahanda" sebelum riuh-rendah jerit sorak memanggil nama bintang yang ditunggu-tunggu itu. Dalam tepukan gemuruh, Sal Priadi segera muncul lantas "Semua Lagu Cinta" pun berkumandang. Dalam melodi romantis menyentuh hati, Sal memulakan mukadimah cerita menerusi segmen pertama tentang ada filem yang beputar di kepalanya, di seluruh tempat di seluruh dunia, di manapun lagu cinta berputar. Ya benar, khalayak perlahan-lahan dibawa menonton filem muzikal dengan teraju utamanya bernyanyi. 

Lanjut terus "Biar Jadi Urusanku", "Di Mana Alamatmu Sekarang" dan "Ada Titik-Titik Di Ujung Doa", Sal Priadi berdendang dalam suara khas penuh penghayatan membuat khalayak seolah ikut hanyut dalam dongengnya. Kalau tanya saya, mendengar lagu-lagu Sal Priadi adalah satu cara untuk refleksi perjalanan hidup selama ini dan juga melambatkan proses penuaan, serius. Meski sudah bergelar ibu, namun masih tetap terasa muda remaja dengan pengisian lagu-lagu polemik cinta karya seorang Sal Priadi. Bijaksananya dia memadankan elemen visual dengan naratif dalam setiap penceritaan, ditemukan dalam mesej tersembunyi pada setiap segmen konsert. Menyelimuti penonton dengan atmosfera cinta kompleks dimadukan rasa cinta indah, kerinduan mendalam dan penerimaan terhadap kenyataan pahit, Sal sambung bercerita melalui lantunan "Malam Malam, Ubud" dan "Lewat Sudah Pukul Dua, Makin Banyak Bicara Kita."

Seperti disihir, 2,500 pasang mata mendekat dan melekat dalam degup jantung seirama dan menari di atas merahnya gemilang cahaya merayakan unik dan daya tarik gemersik yang menyenangkan dalam segmen interaktif seterusnya diberi judul Radio FuFuFu. Berpindah dari panggung utama ke panggung kedua, Sal Priadi bersama Natania Karin dan Syanine Prameswari, 2 wanita pendamping disisinya menvisualisasikan lagu "Hi Selamat Pagi", "Episod", "Mesra-Mesraan Kecil-Kecilan" dan "Foto Kita Blur" dengan dekorasi meja kerja dan kostum bertulis 'Zuzuzaza'. Segmen ini berlanjut dengan konsep Sal dan rakan-rakan berbincang lagaknya seperti di siaran radio. Persembahan yang sedari awal diiringi suara latar dari belakang, dipenuhi gimik lucu perbualan Sal Priadi, cubaan berinteraksi dengan peminat secara kreatif.

Menghadirkan gambaran indah tentang cinta dan gerak waktu di mana berjalannya kehidupan, setiap senikata lagu, membuat terhanyut dalam melodi, merasakan degupan jantung yang beradu dan setiap helaan nafas yang berpadu. Momen menarik lainnya adalah sesi interaksi 'public phone' merah jambu antara Sal Priadi dan audiens. 3 penonton berkesempatan menelefon Sal berbicara langsung berkongsi lagu kegemaran mereka serta cerita disebalik lagu pilihan mereka. Malam semakin hangat dengan sorakan emosi, ada juga dikalangan penonton kelihatan menitiskan airmata tanda terkesan pada setiap lontaran cerita. Di umur yang sebegini, lebih suka mengelamun berjam-jam sambil dengar lagu-lagu "Misteri Minggu Pagi", "Dari Planet Lain", "Ya Sudah" dan berdansa samba lewat "Zuzuzaza" walau tak ada suara bonggonya, bukan masalah besar. Kerumunan ramai diajak cipta bunyi-bunyian bersama-sama dan sporting nyanyi berjemaah.  

Keseluruhan konsert Sal Priadi di Kuala Lumpur memuatkan 40 buah lagu semuanya, memakan masa selama lebih 2 jam berlangsung, di mana setiap lagu diiringi paparan audio visual menarik yang direka khas untuk menyelami pelbagai dimensi cinta dan mencerminkan pengalaman beragam kehidupan yang kompleks. Setiap lagu dikemas dengan jalan cerita dan mood yang cuba disampaikan melalui kedalaman lirik nyanyiannya. "Irama Laot Teduh" begitu kaya makna bercerita tentang kapal, kapten dan cara kendalinya, manakala "Kita Usahakan Rumah Itu" antara salah satu lagu favorite saya mengusung konsep rumah masa depan bagi pasangan yang sedang mencuba ke tahap lebih serius, memberi banyak edukasi dalam barisan lirik indah yang begitu puitis.

Sukses mewujudkan pengalaman 'lebih dari berbaloi' menonton konsert yang relatif dengan kisah ramai orang, Sal Priadi melahirkan rasa gembira apabila setiap rencana dan persiapan terbayar dengan baik. Lokakarya menari dan menyanyi paling dinamik dan menghiburkan lewat seleksi lagu-lagu pilihan adalah intipati ala muzikal yang membezakan konsert Sal Priadi dengan yang lain. Banyak adegan, banyak suara yang mengusik dan khalayak semakin terbawa dibuai perasaan saat "Amin Paling Serius" bergema. Representasi dari lunak suara dan ekspresi emosional Sal mengajak penonton sama-sama tenggelam menikmati muzik dalam momentum yang tampak sangat membahagiakan.

Menikmati karya di album Sal Priadi ibarat menonton filem dengan ragam kisah cinta multi-dimensi, satu-satunya kekuatan ramuan sajian muzikal Sal yang berombak. Sekejap romantis, sekejap rumit, sebentar lagi bahagia, nanti jadi serabut lagi, galau dan healing berjalan serentak. Elemen artistik yang terpamer memicu reaksi emosi yang kuat dari "Kultusan" mungkin sedih, mungkin takut atau tidak nyaman, terpulang pada kefahaman dan interpretasi masing-masing. Lagu yang paling saya tunggu-tunggu "Gala Bunga Matahari" diletak pada encore pelengkap klimaks konsert, wajib sing-along beramai-ramai meski terasa sayu dan sempat bergenang airmata menghayati lirik yang menyentuh di dasar hati paling terdalam.

Untuk Sal Priadi, terima kasih. Atas segala rasa cinta yang terungkap dalam melodi lembut dengan vibes r&b, soul serta menghadirkan nuansa balada yang memiliki sentuhan folk-akustik kental. Diperkaya rasa dalam atmosfera hangat dan akrab sehingga saya merasa seolah berada dalam lingkaran muzik intim bersama Sal. Tampil cukup sederhana namun tetap memukau. Mengenal musisi eksploratif seperti Sal Priadi, dengan piawai mengemas elemen baru dalam progresi melodi yang menjadi ciri khasnya, membangkit rasa cukup menyenangkan. "Untuk teman-teman yang telah mendahului kita, andai ada satu bunga yang bisa mampir, saya berharap itu adalah bunga matahari." tuturnya menutup malam dalam bahasa cinta yang menjadi punca basahnya kelopak mata. Sekalung tahniah buat Kharisma Music! Satu lagi kejayaan konsert yang membanggakan.